Senin, 25 Agustus 2008

Serunya Antara Seulimum-Krueng Raya

"Bersepeda Yuk!"

Itulah kata-kata ajaib yang bila diucapkan maka berkumpulah sekolompok orang ini. Seperti hari minggu (24/8) di tempat yang telah disepakati berkumpul sekelompok orang dengan atribut masing-masing. Tak ada bawaan wajib yang harus dibawa kecuali sepeda. Mereka terdiri dari 5 orang cewek yang manis manis-manis (narsis: mode on) dan 20 orang lebih lelaki. Dengan kategori paling muda dan paling tua dipegang oleh keluarga Bapak Nur (Selamat bergabung pak). Tidak tanggung tanggung rute yang diambil kali ini daerah Seulimum- Lam Teuba menuju Krueng Raya. Alhamdulillah matahari tidak segarang biasanya. Kekalemannya menambah semangat semua yang ikut bersepeda lintas alam hari itu. Dengan bantuan Pak Suntoro (Ini Bossnya Serikat) maka sebuah truk dan pick up tersedia untuk mengangkut semua sepeda yang ada. Truk digunakan untuk sepeda, sedang pick up untuk mengangkut para lelaki. Nah, yang cewek naik mobil full AC dan TV milik Pak Nur (Terima kasih pak tumpangannya).

Perjalananpun dimulai. Start dilakukan di Seulimum. Seulimum menyambut para cycler ini dengan udara sejuknya. Setelah semua sepeda diturunkan mulailah semua beraksi. Bukan langsung bersepeda tapi berfoto-foto ria dahulu (dasar banci kamera). Pengarahan juga dilakukan. Tapi sepertinya kami ada yang lupa untuk berdoa bersama sebelum memulai perjalanan. tapi kami yakin semua pasti berdoa untuk keselamatan masing-masing. Terbukti selama bersepeda tidak ada hal buruk terjadi.

Perjalanan dimulai dengan sebuah turunan. Asyiiiikkk... Eits, itu tidak berlangsung lama karena setelah itu tanjakan, tanjakan, dan tanjakan lagi deh yang ditemui. Dada mulai panas. Keringat mengucur deras. Darah bersepakat ikut mengental karena udara yang lembab. Jantung berdetak lebih kencang. Otot-otot kaki bekerja lebih keras. Satu orang mengibarkan bendera putih (Kenapa Num, Capek ya?) langsung di evakuasi ke pick up yang terus mengikuti dari belakang. Tak lama rekan sejenisnya ikut mengibarkan bendera yang sama (Gakpapa kok Melu, ini bukan soal gengsi) dan +seorang lagi. Lalu setelah tanjakan dan tanjakan maka turunanlah yang kemudian ditemui. Semua tersenyum sumringah.

Yuhuuuuu...

Teriakan semangat dan kegembiraan bercampur baur dengan suara deritan rem dan suara burung yang berkicau di dahan pohon. Walau kemudian ditemui beberapa tanjakan lagi tapi sudah tidak sebanyak yang diawal. Sebuah turunan cantik memutar dengan kubangan air lumpurnya menyambut pedaler di sebuah jembatan. Dan basahlah para pedaler yang berani melepaskan rem pada turunan untuk berselancar di kubangan itu. Walau ada sedikit insiden kecil tapi tidak berpengaruh (Gak luka kan Reza?).

Perjalanan diteruskan. Sudah 28km lebih saat pedaler berada di desa Ie Seum (Air Panas). Air putih terus di teguk guna menghindari dehidrasi. Baupun keringat sudah tidak karuan lagi. Sepeda menjerit-jerit protes dengan perjalan ini. Perjalanan diteruskan sampai pertemuan Bukit Radar, Lam Teuba, Krueng Raya. Seorang pedaler sejati menyusul karena tidak bisa ikut dari awal (Selamat bergabung Bang Agus. Gila, Kota-Bukit Radar tembus hanya 1 jam bersepeda). Lalu perjalanan sudah menemui jalan mendatar dari Krueng Raya menuju Ladong. Dengan sisa-sisa tenaga semua pedaler terus mengayuh. Selain perut sudah meminta haknya untuk diisi, ikan bakar juga sudah menunggu. Jarum pendek pada jam bang Agus menunjukkan angka 2 dan jarum yang lebih jangkung di angka 3. Berakhirlah perjalanan hari ini di Ladong. Semua begitu bergembira telah melewati perjalanan ini. Dan kami pulang dengan truk kembali ke kota. Walau ada sedikit insiden kecil. Seorang pedaler yang tidak bisa ikut dengan alasan lagi di kantor (minggu-minggu ngantor?) di jumpai sedang rekreasi di Ladong. Hehehe...Sial Benar nasib Bang Romi (eits, jangan marah ya. Kan Sesama Pedaler Basodara).

Bersepeda lintas alam berbeda dengan bersepeda dikota. Bila di kota tantangannya hanya lalulintas yang padat kalau lintas alam, bersepeda sudah seperti melihat perjalan hidup. Ada tanjakan sebagai refleksi rintangan dalam hidup. Kesabaran dan ketekunan menjadi kuncinya. Tidak buru-buru dan meyakini bahwa tanjakan ini akan berakhir menjadi semangatnya. Begitulah hidup, bagi yang sedang mendapat rintangan dalam hidup keyakinan seperti ini lah yang diperlukan. Turunan juga refleksi dari kesenangan dalam hidup. Tetap mengendalikan tangan pada rem di saat turunan adalah kemestian bila tidak ingin pulang dengan sepeda hancur dan tubuh luka-luka atau paling ekstrim mati. Begitu juga hidup. Kesenangan yang diperoleh tidak boleh menjadikan seseorang sombong dan lupa diri. Tetap mengendalikan perbuatan, sederhana, bersahaja adalah perbuatan yang lebih mulia bila dilakukan saat seseorang dalam kesenangan. Kebersamaan adalah semangat bersosialisi dalam kehidupan. Saling menjaga, mengingatkan, membantu pasti dilakukan saat bersepeda lintas alam. Kesusahan satu orang adalah milik semua teman seperjalanan. Kegembiraan selalu ditularkan dari seorang kesemua teman seperjalanan. Bila Sutrisno Bachir (Bukan Sutrisno Bakhil loh) mengatakan dalam iklan masyarakatnya "Hidup adalah perbuatan", maka bagi kami pencinta sepeda dan lintas alam "bersepeda adalah kebersamaan".

Akhirnya Seluruh Pedaler Aceh mengucapkan Mohon Maaf Lahir Batin, Selamat Memasuki Bulan Suci Ramadhan.

Tidak ada komentar: